Pages

Subscribe:

Kamis, 24 November 2011

Siksa Itu Karunia

(Kisah seorang perempuan yang tangguh dalam mempertahankan keimanannya)

by Ali Oman on Wednesday, May 25, 2011 at 7:52pm

" ................ Sekarang aku buta akibat kekejamanmu. Tapi, jika Allah menghendaki, perkara mana yang sulit dalam kudrat dan irodatnya? Hanya Allah saja yang akan sanggup membikin aku melihat kembali, karena Dialah yang menciptakan segalanya."
Dengan kehendak Allah, siksaan yang makin kejam itu menyebabkan saraf yang tadinya terputus itu tersambung kembali sehingga dengan mendadak dia bisa melihat lagi. Perempuan itu dengan bahagia mengucapkan syukur.

Zunairah adalah budak belian yang cantik dan menjadi kesayangan majikannya, Abu Jahal. Ia bangga dengan budaknya ini, karena setia dan penurut sekali. Namun alangkah herannya Abu Jahal melihat perubahan sikap Zunairah akhir-akhir ini. Sangat sulit budak itu diajak bercanda, dan seringkali menyendiri. Setelah diselidiki, betapa murkanya Abu Jahal. Ternyata Zunairah telah menjadi pemeluk agama baru yang disebarkan oleh keponakannya sendiri, Muhammad.
"Kurang ajar!" teriak Abu Jahal dengan berang. "Ada apanya si gila itu, sampai budak cantik kesayanganku tergiur kepada ajarannya? Hai, seret Zunairah kemari!" perintahnya kepada anak buahnya.
Setelah dihadapkan, mula-mula Zunairah ditawari kebebasan dan harta asalkan mau melepaskan agama barunya. Zunairah tidak terguncang hatinya. Abu Jahal amat marah. Darah panas naik ke jidatnya. Matanya merah dan mulutnya ternganga lebar. Diambilnya sebuah cambuk. Badan Zunairah yang putih bersih ditelanjangi lalu dicambuki dengan tak kenal kasihan. Segera tubuh perempuan itu berubah menjadi hitam dan berdarah-darah. Setelah pingsan baru Zunairah digotong pergi.
Besoknya diulangi tawaran itu. Karena tidak mau berubah dari pendiriannya, kembali siksaan beruntun mendera perempuan yang kuat tauhidnya itu.
"Kembalilah kepada agama asli, agama nenek moyang!" bentak Abu Jahal.
"Allohu Ahad," jawab Zunairah dalam kesakitannya.
"Hajar!" teriak Abu Jahal kepada algojonya. Berdesinglah bunyi cemeti memecah udara, namun budak itu hanya menggumam: "Allohu Ahad"
Beberapa hari kemudian Abu Jahal mengundang pemuka-pemuka Quraisy dari golongan musyrikin. Mereka berkumpul, kemudian Zunairah dicampakkan di depan mereka. Dari kursi yang beralas kulit srigalanya, Abu Jahal bertanya garang kepada budak perempuannya itu: "Hai, Zunairah, betul-betulkah kamu ikuti seruan Muhammad yang celaka itu?"
Zunairah mengangkat muka dengan lemah. Pandangannya masih tetap tajam meskipun matanya sudah kuyu. Dari mulutnya yang koyak-koyak dan kering itu ia menjawab tegas: "Betul, aku tetap mengikuti Muhammad. Aku percaya kepada seruan kebenarannya. Aku tunduk kepada pimpinannya."
Sambil mencemooh Abu Jahal menengok kepada para pemuka Quraisy itu, "Hai, saudara-saudaraku penghulu Quraisy. Apakah kalian percaya kepada Muhammad dan mematuhi ajaran-ajaran yang didatangkannya?"
"TIdak! Tidak!" sahut mereka serempak. "Seumur hidup kami tak akan sudi mengikuti Muhammad, anak goblok itu."
Dengan liciknya Abu Jahal tertawa dan mencemooh: "Kami ini lebih pintar daripada engkau, Zunairah. Kami jauh lebih tahu tentang yang benar dan yang salah. Dan seandainya apa-apa yang dihidangkan Muhammad itu benar lagi baik, pasti kami akan mengikutinya lebih dulu daripada kamu. Sebab dia keponakanku. Dan ajarannya, sebelum disampaikan kepadamu, sudah disampaikannya kepadaku lebih dulu. Maukah engkau bertobat serta menyembah Latta dan Uzza kembali?"
Zunairah hanya menggumam: "Allohu Ahad."
"Dedemit gurun yang tidak bisa dikasihani!" teriak Abu Jahal. "Cambuk lebih dahsyat!"
Lalu persidangan itu bubar sementara Zunairah terus disiksa hingga di luar batas perikemanusiaan. Dari hebatnya siksaan itu sampai akhirnya sarah Zunairah rusak dan butalah kedua matanya.
Dalam keadaan demikian Abu Jahal datang, lalu berkata, "Hai itulah akibat kau dimurkai Latta dan Uzza."
"Dusta!" sangkal Zunairah. "Latta dan Uzza tidak bisa memberi melarat atau manfaat kepada manusia. Latta dan Uzza hanyalag berhala-berhala batu yang bisu dan mati."
"Setan, lancang benar mulutmu, binal!" Maka ditamparnya muka Zunairah dengan beringas.
Lain hari Abu Jahal datang lagi. Kali ini dengan lemah lembut ia berkata, "Zunairah yang baik, ingatlah kepada Latta dan Uzza. Mereka adalah tuhanmu, berhala-berhala nenek moyangmu. Apakah engkau tidak takut dimurkainya? Matamu buta ini lantaran engkau lama tidak melihat Latta dan Uzza. Betul, bukan? Tobatlah, Zunairah. Jangan perturutkan kata hatimu yang jelek, yang menyeretmu hingga tersesat ke dalam ajaran Muhammad."
Mendengar perkataan yang terputar balik itu Zunairah mengangkat kepada dan menantang tajam ke arah Abu Jahal, "Aku kau suruh minta-minta kepada Latta dan Uzza, padahal mereka lebih buta daripadaku? Buat apa kalian memuja batu yang tidak dapat bertindak apa-apa itu? Sekarang aku buta akibat kekejamanmu. Tapi, jika Allah menghendaki, perkara mana yang sulit dalam kudrat dan irodatnya? Hanya Allah saja yang akan sanggup membikin aku melihat kembali, karena Dialah yang menciptakan segalanya."
Jawaban itu membuat kemurkaan Abu Jahal mekin meledak. Zunairah dicampakkannya, lalu cambuk pun menyiksanya bertubi-tubi.
Dengan kehendak Allah, siksaan yang makin kejam itu menyebabkan saraf yang tadinya terputus itu tersambung kembali sehingga dengan mendadak dia bisa melihat lagi. Perempuan itu dengan bahagia mengucapkan syukur.
Hal ini dilaporkan oleh algojo kepada Abu Jahal. Ia dan kawan-kawannya berkumpul. Mereka segera mendatangi tempat Zunairah, ketika terbukti laporan itu benar, mereka senrentak berteriak, "Muhammad mulai bersihir! Ini sihir Muhammad!"
Siksaan pun makin dihunjamkan dengan ganas ke atas diri perempuan yang tidak berdosa itu. Hal ini akhirnya sampai ke telinga Abu Bakar. Ia cepat membawa sekantung besar uang, lantas Zunairah ditebus dan dibebaskan. Barulah perempuan yang teguh itu mengecap kebahagiaan dan ketentraman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar