Pages

Subscribe:

Jumat, 25 November 2011

Tobatnya Seorang Pelacur #1

(Janji Allah:"Semua dosa, sebesar dan sekeji apapun, pasti akan diampuni,kecuali SYIRIK")

by Ali Oman on Thursday, May 26, 2011 at 8:04pm
"Sungguh, saya takut kepada Allah. Biarlah yang sepuluh dinar saya serahkan kepadamu. Asal kau izinkan saya keluar."
"Tapi tidak begini saja bukan? Ayo...!"
"Tidak, tidak. Cukup begini saja. Saya takut kepada Allah."

Pada zaman Bani Israil, ada seorang perempuan yang sangat cantik. Lekuk-lekuk tubuhnya menggiurkan, dan dia amat pandai mempergunakan kecantikannya untuk memikat laki-laki. Sudah tidak sedikit kaum pria baik-baik terjerumus ke dalam rayuannya.
Pintu rumahnya senantiasa terbuka. Dengan sikap serta pakaian yang merangsang dia duduk di atas tempat tidur. Kain sepreinya berwarna merah muda. Senyum manisnya selalu terhambur kepada siapa saja. Sebab tempat tidur itu dapat dilihat jelas dari arah pintu.
Setiap laki-laki yang lewat dan melihatnya, pasti akan tergetar birahinya. Seringkali dari pandangan yang sekilas itu para laki-laki tersebut begitu terangsang hawa nafsunya. Akibatnya dengan segala cara mereka berusaha mengumpulkan uang, paling tidak sepuluh dinar, untuk memasuki rumah perempuan itu.
Suatu ketika ada seorang alim muda melalui depan pintu rumahnya. Alim itu adalah seorang santri yang tekun beribadah. Tapi, begitu bertatapan mata dengan perempuan itu, tubuhnya berkeringat. Pandangannya terpaku kepada wajah yang halus dan tersenyum itu.
Dengan segala kemampuan tekadnya, dia mencoba memerangi perasaannya sendiri. Dia meminta kepada Allah agar melenyapkan hawa nafsu yang rasanya sudah hampir meledak itu. Namun ia tidak mampu mengendalikan diri. Tubuh yang indah itu. Mata yang tajam itu. Bibir yang mungil itu. Bayangan-bayangan semacam ini terus menggodanya sepanjang jalan.
Akhirnya si alim muda tersebut nekat. Seluruh pakaiannya dijualnya, juga semua miliknya yang lain. Karena masih kurang dari sepuluh ribu dinar, dia sampai berhutang ke kiri-kanan. Begitu terkumpul uang yang dikehendaki, ia buru-buru berangkat. Saking tidak kuatnya menahan diri, sampai ia lari terengah-engah.
Begitu tiba di rumah perempuan itu, ia disuruh menyerahkan uangnya kepada seorang perempuan yang berada di kamar sebelah. Waktu ia kembali ke tempat perempuan tersebut, pelacur itu sudah bersolek lebih cantik lagi. Ia sengaja membuka sebagian auratnya agar lebih merangsang. Lalu ia berbaring di tempat tidurnya.
Si alim muda, begitu melihat lawan jenisnya yang meruntuhkan imannya itu telah siap di tempat tidur, buru-buru mendekat dan duduk di sebelahnya. Gemetar sekujur badannya mengalami kejadian yang baru pertama kalinya ini.
Tapi rupanya Tuhan masih sayang kepadanya. Rahmat Allah turun sebagai balasan bagi ibadahnya yang tekun dan tobatnya yang sungguh-sungguh pada masa lalu.
Ketika tangannya telah terjulur hendak memeluk perempuan itu, tiba-tiba badannya menggigil, dan tumbuh ketakutan dalam hatinya. Bergema di segenap jiwanya kesadaran bahwa Tuhan melihat keadaannya sekarang dan mengawasi semua tindak-tanduknya. Berubah seketika wajahnya, memucat bagaikan putihnya salju.
Si perempuan, waktu melihat perubahan warna muka alim muda tersebut, sangat kuatir dan heran. Ia bertanya:
"Apa yang terjadi padamu? Sakit?"
"Tidak. Saya takut kepada Allah. Izinkanlah saya pergi," jawab si santri ketakutan.
"Ha? Gila! Berapa banyak laki-laki yang ingin seperti ini sampai mengemis-ngemis. Sedangkan kau, sudah tinggal teruskan saja mau dibatalkan? Tidak bisa."
"Sungguh, saya takut kepada Allah. Biarlah yang sepuluh dinar saya serahkan kepadamu. Asal kau izinkan saya keluar."
"Tapi tidak begini saja bukan? Ayo...!"
"Tidak, tidak. Cukup begini saja. Saya takut kepada Allah."
Dari herannya perempuan itupun bertanya:
"Dimana engkau tinggal? Siapa namamu?"
Sesudah pertanyaan itu dijawab, barulah santri itu diperbolehkan keluar. Setiba di rumahnya, santri itu menangisi dosanya dan bertobat sejadi-jadinya.
Adapun keadaan pelacur itu, sepeninggal santri tersebut, jauh berbeda dari sebelumnya......

BERSAMBUNG...

2 komentar:

Ain mengatakan...

teruskan kang Ali.. I support you!

al-Ly Oman el-Gontory mengatakan...

thanks, insyaAllah mbak

Posting Komentar