Pages

Subscribe:

Kamis, 24 November 2011

Takwa dalam senang dan susah -part 2-

(Ketabahan Nabi Ayyub dalam menghadapi cobaan & Kesetiaan istrinya)

by Ali Oman on Sunday, May 22, 2011 at 8:14pm
Semua istri Ayyub telah minta cerai. Tinggal Rahmah seorang.
Dia dengan sabar mendampingi suaminya, memeliharanya baik-baik. Satu demi satu teman-teman Ayyub menjauhinya. Mereka takut ketularan penyakit yang menjijikkan tersebut.

.... (kisah yang lalu: Iblis semakin berang dan murka besar ketika menyaksikan Nabi Ayyub semakin bersabar dan bertambah iman dan ketakwaannya kepada Allah setelah apa yang menimpa dirinya atas ulah tipu daya mereka)

Iblis makin berang. Kembali dia menghadap Allah:
"Ayyub masih taat kepada-Mu karena dia masih sehat. Ayyub masih bisa bekerja dan masih bisa punya anak. Kalau dia sakit payah, lenyap tenaga dan kesehatannya, pasti dia akan berpling dari-Mu."
Iblis lantas turun lagi, menularkan semacam penyakit yang sangat berbahaya pada sekujur tubuh Ayyub. Baunya bukan main busuknya, kudisnya bernanah dari kepala hingga kaki.
Namun Ayyub tetap tabah dalam iman dan ibadah. Dia hanya menyerahkan nasib kepada Allah. Tidak adak seorang tabib pun yang mampu mengobatinya, meskipun barang-barang di rumahnya sudah hampir habis untuk biaya. Semua istri Ayyub telah minta cerai. Tinggal Rahmah seorang.
Dia dengan sabar mendampingi suaminya, memeliharanya baik-baik. Satu demi satu teman-teman Ayyub menjauhinya. Mereka takut ketularan penyakit yang menjijikkan tersebut.
Tidak ada seorang pun lagi yang bersedia menjenguknya. Karena bau tubuh Ayyub bisa membuat orang muntah.
Tapi Rahmah tetap memelihara suaminya dengan setia. Koreng Ayyub yang penuh dengan singgat dan ulat, dicucinya saban hari. Padahal semua orang yang lewat harus menekap batang hidung lantaran busuknya.
Puncak dari penderitaan suami-istri itu adalah ketika orang-orang kampung mengusir mereka. Serempak mereka berduyun-duyun mendatangi rumah Ayyub. Dan dengan ancaman yang bengis, Ayyub serta istrinya digebah agar segera keluar dari kampung itu. Dengan susah payah Rahmah menggendong suaminya, dan tinggal pada sebuah gubuk kecil dan terpencil di tepi hutan.
Tiap hari Rahmah ke luar menjual barang-barang milik mereka yang terakhir, hingga kesudahannya, ludes seluruhnya. Dalam saat-saat kelaparan Rahmah mencari pekerjaan. Dia diterima bekerja di sebuah pabrik roti. Tapi ketika diketahui bahwa dia istri Ayyub, buru-buru ia dipecat, karena majikannya takut kalau-kalau rotinya tidak laku.
Setelah kehabisan akal, Rahmah kemudian menjual rambutnya yang panjang dan ikal sekedar buat membeli roti. Tengah ia berjalan pulang, tiba-tiba ada seorang tabib datang menghampiri.
"Hai Rahmah, engkau istri Ayyub bukan? Suamimu akan bisa sembuh jika dia mau minum sebotol arak. Bawalah ini, berikan kepadanya."
Tanpa berpikir panjang lagi, Rahmah menerima arak tersebut. Dan dengan gembira ia segera pulang. Ayyub kaget dan marah melihat kepada Rahmah botak lantaran rambutnya dijual. Lebih marah lagi waktu Rahmah berkata:
"Bang, saya tadi bertemu dengan tabib. Dia memberikan obat agar Abang cepat sembuh."
"Obat apa itu?" tanya Ayyub tidak senang.
"Arak."
"Neraka!" teriak Ayyub. "Apakah kau akan seret aku ke neraka? Keluar kamu, pergi! Awas kamu, kalau badanku sudah sehat nanti, akan kucambuk kau seratus kali."
Rahmah keluar sambil menangis. Ia sedih bukan karena diusir. Tapi ia sedih karena memikirkan suaminya. Kalau ia pergi, siapa yang akan memeliharanya. Terlunta-lunta ia berjalan ke luar. Sambil menangis ia berkeliaran ke sana ke mari seharian. Namun menjelang sore hari ia tidak tahan lagi. Dari cintanya kepada suami, ia cepat-cepat lari menuju ke gubuknya.
Begitu tiba, Rahmah terkejut bukan main. Ayyub tidak tampak lagi di dipannya. Kemanakah dia? Dan siapakah yang menculiknya? Sebab tidak mungkin Ayyub bergerak sendiri dari situ.
Rahmah menangis sedih. Tatkala itulah tiba-tiba sebuah tangan laki-laki meremas pundaknya dengan mesra. Rahmah menengok dan menjerit. Laki-laki itu tidak dikenalnya, meskipun agak mirip dengan suaminya waktu masih sehat dulu. Laki-laki itu begitu cakap dan bersih, baunya wangi.
"Siapakah engkau, berani kurang ajar kepadaku?" teriaknya marah.
"Aku Ayyub, suamimu," jawab laki-laki itu seraya tersenyum.
"Ayyub........ ?"
"Ya. Ketika engkau pergi, tiba-tiba perpancar mata air di depanku. Hawanya panas dan berbau belerang. Aku diperintahkan Allah untuk mandi dengan air tersebut, membersihkan seluruh badanku. Begitu selesai mandi beberapa lamanya, sedikit demi sedikit penyakitku rontok semuanya. Kulitku kembali bersih seperti sedia kala. Dan ini lah aku sekarang, suamimu."
Betapa bahagianya Rahmah melihat suaminya yang bersih seperti itu. Mereka berpelukan dengan mesra. Sesudah itu Ayyub mengambil seuntai dahan kering sebanyak seratus batang, lalu diikat menjadi satu. Dengan sekali pukul Rahmah dicambuknya sebagai pembayar ancamannya waktu marah kepada istrinya itu.
Dan untuk selanjutnya mereka hidup bahagia serta menurunkan para nabi di belakang hari.

(The End)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar